Jumat, Juni 08, 2018

Old Essay or Some Sort

Read one of my old essay--about nihilism in general--which I wrote back in 2009. It's quite a contemplative moment to reflect how I view life back then. Still, even at the time, the nihilism rooted on my strong belief on Logical Positivism. The nihilistic view worn out today, but my hold on to Logical Positivism grow stronger everyday...


Kitab tanpa Arti

Kau dan aku terbangun di pagi hari.. merasakan rasa haus yang sama, bau mulut yang sama, dan dorongan untuk kembali menyelimuti diri dengan kemalasan yang terlalu berat membebani seluruh neuron tubuh kita tiap hari.. kencing dan sarapan atau meracik kopi.. mengecup pipi istri atau menyerangnya dengan teguran kenapa tak membangunkanmu lebih pagi.. semuanya dikopi lagi dan lagi dalam mesin delusi bernama rutinitas.. apapun bentuk hidup yang kau pilih, hari berjalan nyaris serupa, berupaya mereplika masa lalu, mencoba menawar kepastian pada alunan kuanta kehidupan yang mengalir penuh spontanitas.. kadang penuh kejutan menyenangkan, kadang merenggut rasa tentram yang kau jalin kuat-kuat saat kau berkhayal tentang konsep kemapanan yang abadi.

Kau dan aku membuka mata dari lelap tidur, mengalihkan frekuensi otak dari rasa nyaman alam subsadar ke alam sadar. Mengeluh diam-diam tak kuasa menghadapi tantangan nasib dan takdir masa depan.. kau mencoba berlindung di balik puluhan sampul buku motivasi dan trik manajemen ala art of war-nya tsun zu.. aku berusaha menundukan kekhawatiran dengan tips meditasi dan belasan pdf sufisme atau fisika new age dengan bumbu zen dan buddhisme.. tapi kita berjalan di ranah yang sama bukan? Sama-sama terlalu kecut menghadapi betapa kerdilnya diri kita. Sampah yang mengambang di kenyataan yang terpupus dalam delusi keseharian. Foto diri yang buruk rupa, yang kelak termakan humus dan kelembaban mikroorganisme.. larut dalam mineral, pasir, dan kerikil keras bumi.

Bagiku dan bagimu, waktu adalah sama: materi dan energi yang beranjak. Waktu adalah rangkaian momentum yang memberikan bukti bahwa suatu objek berada, tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang lain. sebuah definisi yang menyesatkan kala kita dihadapkan dengan kebutuhan abnormal tentang keabadian. Tapi nyata itu derita, dan nyatanya, makna kita hanya berada di satu titik koordinat antara ruang dan waktu. Dalam ketakberdayaannya untuk melaju.. melompat dari satu koordinat ke koordinat berikutnya, membentuk grafik menakjubkan mengenai kisah hidupnya sendiri, yang bergerak naik dan turun layaknya sebuah plot dalam skenario film disusun. Dan kau dan aku adalah penulis skenario sekaligus aktor, hanya saja kita kehilangan kemampuan untuk menentukan alur, kehilangan hak pelakon untuk mengintip naskah cerita, tuntas dari awal hingga akhir waktu.. Prolog, Klimaks, anti klimaks, epilog, dan kesimpulan sederhana tentang kedipan mata..

Kau dan aku terkurung hasrat akan keabadian dan kebijaksanaan.. abadi dan bijaksana, bayaran yang menggiurkan untuk ketakberdayaan kita. Ditambah bumbu-bumbu menggiurkan tentang bidadari dan realitas super ideal. Di mana tawa dan sukaria membahana sepanjang waktu.. dyonisius menyajikan anggur paling nikmat ke dalam cawan milikmu dan ke dalam cawan milikku, membebaskan dahaga yang terbit dan hilang seketika.. bidadari dan dewa dewi melingkari tempat kita bertelekan di atas rumput empuk, hijau segar dengan sungai susu mengalir di atas tanah subur terbentang sepanjang cakrawala.. bukankah janji akan surga menggiurkan..? betapapun kita mengingkari ia hanya tumbuh dalam medan mitologis otak kita..

Kau dan aku hanya paket quanta, yang mengalir dalam gelombang waktu, membentuk realitas tunggal bernama alam semesta, yang entah hadir untuk apa.. ada di sana dengan sendirinya.. tak kurang, tak lebih, tak butuh alasan bertele-tele tentang makna adanya dirimu dan adanya diriku.. aku adalah sel yang tumbuh, kau adalah jaringan yang berkembang. Kita hadir dan terlahir dengan bekal nol besar, disusui dan disapih dan menabung ingatan tiap hari. Aku adalah gumpalan materi berupa daging dan darah.. kau adalah kumpulan energi bernama spiritualitas atau psyche atau entah apa.. berdiri di muka bumi berkompromi untuk senantiasa membentuk logika..

Kau dan aku adalah mereka, kita, kami, manusia.. dan kita hidup di titik biru yang pucat.. terdesak dalam energi misterius kegelapan.. sejarah hidup kita sama, jaringan organik kita serupa.. meramu ide dan emosi dalam kumpulan sel kenyal berwarna kelabu, kaya pembuluh darah dan neuroglia.. di sini kita membentuk ego, di sini kita menemukan emosi, mimpi, bahkan cinta.. dengan asupan cairan kental kaya oksigen dan energi, dan enzim kaya protein yang memberi sengatan hormonal untuk jalinan kisah yang lebih rumit dan penuh makna.. inilah kita, hasil evolusi menakjubkan dari satu unsur sederhana bernama hidrogen.. mengapung dalam ruang dan waktu, mengalami milyaran kejadian di antara heningnya ruang kedap udara.. mengantar kita di titik ini, untuk meneruskan sisa perjalanan, yang kelak terbang ringan tanpa beban kesadaran..

Tidak ada komentar: