Rabu, November 13, 2013

You Can’t Beat a Story Well Told!

Setidaknya satu hingga dua dekade ke belakang, Di tengah terjangan novel young-adult seperti Harry Potter, Eragon, Artemis Fowl, atau bahkan—maafkan saya quote pula—Twilight, novel dengan plakat NewBerry Medal Award tertera di cover-nya, bagai oasis yang mampu melepas rindu para pembaca yang mendamba kisah dengan jalinan plot apik, uncondescending morality, dan bangunan karakter yang matang dan realistis. Tidak hendak menafikan kualitas Harry Potter dan kawan-kawan, namun jika mau dicermati sejenak, novel semacam mereka sudah terlanjur terperosok dalam stereotipikal dan pola yang mudah ditebak. Meskipun mengasyikkan dan tak akan dipungkiri memiliki plot yang cukup canggih, namun ada kedalaman yang tak sanggup mereka raih, sebagaimana yang bisa didapat dari novel-novel peraih penghargaan NewBerry.
 
Mungkin akan ada banyak yang membela pengarang fantasi ala Rowlings, dengan alasan bahwa mereka dan para peraih NewBerry bertarung in a whole different genre. Tapi dalam gaga-waga sederhana ini, kita tetapkan saja batasannya dalam pemahaman generik: sebagai novel young-adult. Satu novel yang akan ditetapkan sebagai sampel adalah karya Louis Sachar di tahun 1998: Holes. Penulis cukup yakin jika Holes adalah buku anak-remaja yang sangat populer di Amerika. Mengingat tradisi literasi mereka yang cukup baik, dalam kurikulum mereka, biasanya ada beberapa judul buku yang secara akademis, atau dalam takaran pedagogi, dianggap layak untuk dijadikan kanon dan buku “wajib” untuk dibaca para pembaca muda. Holes saya yakini adalah salah satunya. 

Ditulis Louis Sachar pada tahun 1998, bagi mereka yang pernah membacanya, Holes memberi impresi yang cukup unik dalam ingatan. Dengan tuturan yang membawa kualitas deadpan, pembaca terhindar dari emosi berlebih seperti yang biasa ditemui kebanyakan buku-buku drama. Namun tidak berarti Holes tak membawa pembaca dalam dinamika emosi sama sekali. Kisah Stanley Yelnats si bocah gemuk yang berasal dari keluarga miskin namun bahagia ini, memberikan pesan mengenai kejujuran, keberanian, dan kesetiakawanan dalam frekuensi komunikasi yang datar dan tersembunyi. 

Berawal dari nasib malang Stanley yang dituduh mencuri sepatu si legenda basebal, Clyde Livingston-Sweet Feet, Stanley terpaksa memilih menjalani hukuman di Camp Greenlake yang tandus dan kejam, karena Ia pikir sebuah camp musim panas akan menjadi pilihan yang lebih baik daripada masuk penjara. Camp Greenlake dipimpin oleh si Warden yang sadis dan dua kaki tangannya yang sedikit konyol dan sok jago: Mr. Sir dan Dr. Pendanski. Di bawah tekanan tiga orang dewasa yang tidak kompeten ini, Stanley dan teman-teman “kriminal”nya dipaksa menggali sebuah lubang setiap harinya; di bawah terik matahari, di antara terpaan debu Greenlake yang panas, dengan bekal satu jeriken air dan makan siang seadanya. Hukuman ala camp Greenlake yang aneh ini, berpadu dengan keberadaan kadal gurun bintik kuning yang mematikan, ditambah dengan kehadiran satu anak penghuni camp Greenlake yang kelewat pendiam bernama Zero, menjadi elemen khas cerita anak-anak yang absurd dan imajinatif. Namun setiap detil ini, kelak, di akhir buku akan menjadi komponen penting yang membangun keseluruhan cerita secara utuh. 

Bangunan karakter yang cukup kuat dipadu dengan plot yang canggihyang melibatkan tokoh-tokoh tiga zaman sekaligus; mengantar pembaca menuju jalinan cerita yang dengan apik berkelindan menuju satu kesimpulan. Dalam Holes, kita akan menelusuri jalinan antara kisah Elya Yelnats di Latvia, yang menjadi cikal bakal “kesialan” nasib keluarga Yelnats; diikuti oleh kisah tragis Kissing Kate Barlow yang mengawali nasib buruk kota Greenlake; dan kisah Stanley yang agaknya ditugasi untuk mengakhiri rentetan nasib buruk yang menimpa keluarga Yelnats dan Kota Greenlake. Satu hal yang menarik dari Holes, adalah adanya satu isu induk yang senantiasa diselipkan Sachar di setiap kisah tiga zaman ini, yakni persahabatan lintas ras yang disampaikan seolah menjadi background cerita semata, tanpa adanya pretensi menggurui dan menasihati. 

Tuturan Sachar yang maju-mundur, antara tiga zaman berbeda, tidak lantas membuat pembaca kehilangan fokus. Stanley yang hidup di masa sekarang (: dimensi waktu saat kisah dituturkan)  akan tetap menjadi tokoh kunci dalam keseluruhan cerita. Evolusi karakter seorang Stanley, dapat disimak pembaca melalui sikapnya saat berhadapan dengan situasi sosial di camp Greenlake. Camp khusus anak lelaki ini dipenuhi oleh puluhan remaja yang menyeret excess baggage-nya masing-masing. Dalam pergaulan sedemikian rupa, Stanley dipaksa untuk memilih antara menjadi Caveman—sebutan para anak bengal camp Greenlake untuk Stanley—yang populer dan diakui teman-temannya yang lain, atau menjadi seorang Yelnats yang dikucilkan karena bersikap setia kawan dan adil (: nilai yang sudah tumbuh secara inheren dalam diri Stanley sendiri).

Ada semacam sensasi Dahl-ism saat membaca Holes. Namun fantasi moral ala Road Dahl yang absurd, justru digantikan oleh moralisme yang dinyatakan secara alami dan realistis. Meskipun alur mengerucut di sebuah kesimpulan yang terlalu dramatis untuk menjadi sebuah kebetulan, namun harus diingat bahwa Holes adalah buku young-adult  atau bahkan bisa dibilang sangat ramah untuk dikonsumsi pembaca anak-anak, jadi logika kaku ala orang dewasa yang membedakan kenyataan dan fantasi, bisa ditoleransi di sini. Yang kemudian membuat Holes agak istimewa dibandingkan rata-rata pemenang Newberry award lainnya adalah: ketajaman Sachar dalam mengolah alur yang mengasyikkan, dan kemampuannya untuk sedikit menekan aspek drama yang kelewat “feminin” seperti di kebanyakan buku pemenang Newberry lainnya. 

Meskipun konon tidak termasuk ke dalam Novel peraih plakat Newberry terfavorit, namun Holes tak bisa dipungkiri adalah salah satu karya yang lekat dalam ingatan, setidaknya di antara  novel-novel lain jebolan penghargaan bergengsi Amerika ini. Akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi anak-anak kita juga, jika para orangtuanya sudi membacakan atau setidaknya membelikan buku ringkas ini, untuk memperkaya pengalaman imajintif masa kecil mereka, dengan sebuah petualangan koboy ala Stanley dan kawan-kawannya di Camp Greenlake.

Oktober-November 2013

Tidak ada komentar: